Jumat, 17 Juni 2011

Tak Seindah PESTA

Bel tanda istirahat berbunyi panjang. Semua penghuni SMA Sejahtera berhamburan ke luar kelas. Ada yang pergi ke kantin, ke perpustakaan atau hanya sekedar duduk-duduk di depan kelas untuk menghilangkan kejenuhan setelah empat jam pelajaran yang membuat kepala mereka pusing tujuh keliling.
Sama halnya dengan PESTA, lima cewek periang yang langsung menyerbu kantin, Sheva, Dina, Mely, Cita, dan Yaya. Meskipun mereka semua tidak satu kelas, kecuali Dina, Yaya, dan Cita, keakraban dan kehangatan selalu terjalin diantara mereka.
“Gals…!!” itulah panggilan akrab diantara mereka.
“Mau pada makan apa..? Mumpung aku traktir…” tawar Sheva. Akhirnya setelah memesan dan makan, mereka pun beranjak dari kantin dan transit di depan kelas Meli, XI IPS 1. Namun di tengah jalan, Dina dan Yaya kabur entah kemana.
“Dina sama Yaya mana…?kok nggak keliatan yah..??” tanya Mely.
“Ta, kamu nggak liat…??” lanjut Sheva.
“Nggak…” jawab Cita singkat.
“Sebenarnya ada apa sih antara kamu sama Dina Ta…?jangan pada diem-dieman gitu dong..!! Kita kan sahabat,masa iya mau nggak enak-enakan kayak gini terus. Kalo ada masalah ceritain sama kita..!!” ungkap Mely.
Tak ada tanggapan dari Cita. Dia hanya diam. Suasana sekitar yang ramai seolah menjadi hening.
“Apa gara-gara Dani..??” ucap Sheva memecah keheningan diantara mereka. Terlihat raut muka Cita yang kaget, namun ia berusaha menutupinya.
“Cita, jawab jujur. Kamu nggak perlu nutup-nutupin itu semua dari kita. Udah kecium Ta…” lanjut Mely.
“Gals, kalian nggak pernah ngerti apa yang aku rasain” ucap Cita, kemudian diam.
“Nggak ngerti gimana…” ucap Sheva yang juga tak mengerti keinginan Cita. Bersamaan dengan itu, datang Dina dan Yaya.
“Hai gals….. Nih aku bawain permen. Kan lumayan buwat mut-mut pas jam pelajaran…!!” ucap Dina sambil membagikan permen pada sahabat-sahabatnya.
“Dari mana aja kalian…??” buka Cita.
“Dari kantin Cita sayaaaang….” jawab Yaya.
Bel tanda masuk berbunyi. Terlihat sedikit kekecewaan di wajah manis Cita yang seolah ingin mengatakan sesuatu.
Pelajaran pun berlangsung seperti biasanya, tapi sedari tadi Dina tak juga berkata satu patah katapun pada teman sebangkunya, Cita. Cita sendiri bingung, apa yang harus ia katakan pada Dina. Jelas terlihat dari raut wajah mereka berdua, kalo mereka tidak berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Pikiran mereka kacau hingga bel tanda pulang berbunyi. Tidak seperti biasanya, kali itu Dina dan Cita tidak ikut berkumpul di rumah Yaya.
Setibanya di rumah, Dina mengurung diri di kamar. Dina berpikir, apa mungkin Cita setega itu padanya. Dina sadar diri kalo Dani memang sudah bukan siapa-siapanya lagi. Tapi seenggaknya Cita menghargai persaan Dina. Hingga akhirnya handphone Dina berdering dan terlihat kontak Sheva memanggil.
“Ea Va. Ada apa..?”
“Cepetan ke Yaya yah… Gawat..!!”
“Gawat apanya..?ada apa sih..?Yaya kenapa..??”
“Udah nggak usah banyak tanya. Cepet dateng sekarang, kita tunggu…!!"

“Tuut…tuut..tuut..” telpon terputus. Dina langsung beranjak dari tempat tidurnya tanpa berganti pakaian terlebih dahulu, mengambil kunci motor, berpamitan, dan langsung menuju rumah Yaya.
“Pokoknya Ta, kamu harus jelasin semuanya sama Dina. Kita nggak mau kalian terus diem-dieman kayak gini. Kalian harus baikan.” Pintu kamar Yaya terbuka, terlihat sosok Dina di balik pintu itu.
“Ada apa siih..?Yaya mana…?” tanya Dina dengan muka curiga.
“Duduk dulu gih. Dateng-dateng kok langsung ngamuk gitu..!!” ucap Mely.
“Nih, Cita mau ngomong. Buruan duduk. Nggak cape non..??” sambung Yaya yang keluar dari balik pintu kamarnya dengan membawa camilan.
“Oh, ternyata ada yang mau ngomong. Ya udah ngomong aja…!!” ucap Dina dengan mengambil posisi duduk dan memakan camilannya. Cita tampak ragu.
“Na, maafin aku yah. Aku udah salah suka sama orang…!!” ucap Cita mengawali pembicaraannya dengan Dina.
“Salah?kenapa salah? Emangnya kamu suka sama siapa?kamu kan nggak pernah cerita ke aku..!!” jawab Dina sambil tetap memakan camilannya. Yang lain terdiam.
“Mmmm, sama Dani. Aku suka sama dia.” Tampak raut kaget di wajah Dina. Dina pikir, berani banget Cita ngomong gitu di depan dia, jelas-jelas Dina mantannya Dani dan mereka berdua bersahabat.
“Oh gitu. Ya nggak pa-pa lah Ta. Aku sama Dani kan udah putus. Jadi aku nggak ada hak buat nglarang hubungan diantara kalian.”
“Tapi Na, kamu nggak perlu bohongin perasaan kamu sendiri. Kita semua di sini tau kalo kamu masih sayang sama Dani. Iya kan..??”
“Cita, yang namanya mantan pasti masih mbekas rasa sayangnya. Dan aku jujur, aku ngrasain itu semua sama Dani. Tapi nggak mungkin kan aku maksain Dani buwat balikan sama aku, kalo kenyataannya dia suka sama cewe lain. Itu sama aja aku egois, aku nggak pingin dia meraih kebahagiaannya. Aku sadar Ta, kalo aku udah berstatus mantannya. Jadi sekarang kalo Dani mau sama A lah, sama B lah, atau sama siapa aja, ya itu hak dia, itu urusan dia. Nggak ada sangkut pautnya sama hidup aku lagi..!!” ucap Dina.
“Cita, kalo kamu suka Dani, aku nggak pa-pa kok. Dani mantan aku, kamu sahabat aku, kalin berdua sama-sama orang yang aku sayang, dan aku seneng banget kalo lihat kalian berdua bahagia. Kamu nggak perlu berpikiran kalo aku bakal benci sama kamu gara-gara kamu suka Dani, nggak akan Cita.” lanjut Dina.
“Kamu serius Na…??” tanya Mely.
“Iya Mel, aku serius.” lanjut Dina.
“Terus kalo gitu, kenapa kemarin-kemarin kamu diemin Cita..” tanya Sheva.
“Oh itu, aku butuh waktu buat mikir, apa yang seharusnya aku lakuin, gimana perasaan aku seandainya Cita dan Dani jadian. Tapi setelah aku pikir-pikir,nggak pa-pa kok. Yang namanya mantan, pasti kalian tau sendiri lah…!!” ucap Dina.
“Kamu serius nggak pa-pa kalo aku suka sama Dani..?” tanya Cita tiba-tiba.
“Serius Cita sayaaaang. Nggak pa-pa kok…!!” jawab Dina.
“Tapi nggak Na. Aku nggak bisa…”
“Loh kok gitu..?nggak bisa gimana..?” tanya Dina penasaran.
“Iya nggak bisa. Ternyata selama ini Dani deketin aku cuman buat manas-manasin kamu doang Na, dia nggak serius sama aku..”
“Hah..?kata sapa?? Perasaan kamu aja kali Ta..!!” lanjut Yaya.
“Sumpah, swear deh. Aku denger pas Dani ngobrol sama temen-temenya kalo dia ndeketin aku cuman buat manas-manasin kamu doang Na, tapi nggak pernah berhasil. Bukannya kamu panas, malah aku yang GR, hehehehehe…..” ucap Cita.
“Hah, jahat banget Dani. Nggak nyesel deh aku mutusin dia…!”
“Kalin mau janji nggak?terutama kalian, Dina sama Cita..?” tawar Yaya.
“Janji….??apa….??” tanya Mely penasaran.
“Kita semua nggak akan pernah ngungkit-ngungkit soal Dani lagi, nggak akan pernah mau kenal sama yang namanya Dani. Pokoknya Say No to Dani Forever. Setujuu..???” tawar Yaya dengan ekspresi menggebu-nggebu. Semuanya terdiam.
“Hmmm.. Kok jadi kamu yang niat sih Ya?” tiba-tiba Sheva angkat bicara.
“Oh jelas.. Dia tuh biang keributan di genk kita. Jadi udah seharusnya kita singkirin dia dari genk kita. Liat tuh, gara-gara dia, Dina ama Cita jadi salah paham kayak gitu, apa coba namanya kalo bukan biang keributan? Haaa?” ucap Yaya.
“Okeh..okeh.. Kita gak keberatan kok. Justru kita seneng banget kalian dah pada mau care ama kita berdua. Ya kan Ta..?” ucap Dina.
“Iya bener.. Dan bener kata Yaya, Say No to Dani Forever” lanjut Cita.
“Setuuuujuuu……” seru mereka bersama.
Emang gak ada yang lebih indah selain PESTA… bisik Cita di tengah-tengah canda mereka.

0 komentar:

Posting Komentar